9 Nasihat Lukman Kepada Anak-Anaknya
Agus M. Irkham | Penulis. Kurator Buku. Direktur Utama PT. Media Edents Publika. Penulis Blog www.agusmirkham.com |
EDENTS
PUBLIKA,, Arti penting posisi keluarga terhadap pembentukan peradaban sudah disadari
berabad-abad lampau. Keluarga tidak hanya menjadi faktor penentu kekuatan suatu
bangsa, tapi memiliki sumbangan besar dan terpenting kukuhnya kemajuan suatu
peradaban.
Salah satu bukti pentingnya posisi keluarga tersebut,
dapat kita daras dalam kitab suci Al-Quran, surat Al-Lukman. Di dalam surat ini
tersurat kisah nasihat seorang ayah bernama Lukman kepada anak-anaknya.
Ada sembilan nasihat yang diberikan Lukman kepada
anak-anaknya. Dari sembilan nasihat tersebut ada yang berdimensi
spiritual-akidah (Ketuhanan), ada yang mengandung konsekuensi sosial
kemasyarakatan ada pula yang bernilai perenungan personal. Sungguh, sebuah
nasihat yang lengkap dan seyogianya dapat menjadi rujukan bagi kita, sebagai
orang tua.
Apa saja, sembilan nasihat tersebut?
Pertama, bersyukur kepada Allah. Bentuk rasa syukur mencakup
tiga hal. Yaitu menyakini segala nikmat dan karunia adalah pemberian Allah.
Melahirkannya dengan mengucapkan alhamduilah. Serta
memanfaatkan segala karunia dan pemberian Allah sesuai dengan yang
diperintahkannya. Segala nikmat yang diterima digunakan dalam rangka taat bukan
maksiat. Bersyukur kepada Allah berarti telah bersyukur pula terhadap diri
sendiri. Bersyukur telah diciptakan Allah dalam keadaan sempurna.
Kedua, tidak mempersekutukan Allah. Tidak menjadikan yang
selain Allah sebagai sesembahan. Ini nasihat yang bersifat mendasar. Nasihat
ini memberikan tiga pertanyaan kunci, yaitu dari mana kita berasal, untuk
tujuan apa Allah menghadirkan kita di muka ini, dan akan kemana langkah kita
selanjutnya setelah mati.
Ketiga, berbuat baik kepada kedua orangtua. Terutama ibu
yang telah mengandung dalam keadaan derita di atas derita. Dan menyusui selama
dua tahun.
Bersyukur atas kehadiran mereka. Itu sebab ada
ungkapan surga di atas kaki ibu. Bahkan pada saat Rasul Saw ditanya oleh salah
seorang sahabat, kepada siapa ia harus taat dijawab oleh Rasul Saw, ibumu
sebanyak tiga kali, setelah itu baru bapakmu. Dunia dan seisinya ini tidak akan
pernah bisa menggantikan jasa ibumu, meskipun hanya untuk setetes air susunya.
Keempat, jangan mengikuti kedua orangtua ketika mereka
meminta menyukutukan Allah. Tapi meskipun begitu, tetap harus memperlakukan
mereka dengan baik.
Kewajiban untuk tetap bersyukur atas kehadiran kedua
orang tua tidak gugur lantas perbedaan keyakinan akidah. Nasihat ini juga
memberikan tuntunan agar kita mengembangkan sikap toleran terhadap orang lain
yang mempunya keyakinan (keagamaan) yang berbeda.
Kelima, suatu perbuatan baik, meskipun seberat biji sawi,
dan berada di dalam batu atau di langit atau di dalam Bumi, niscaya Allah akan
memberikan pahala.
Nasihat ini menekankan pada motivasi berbuat baik
haruslah ditujukan sebagai bentuk ketaatan atau menjalankan perintah Allah.
Bukan karena ingin mendapatkan imbalan atau sanjungan dari orang lain.
Perbuatan baik, sebagaimana perbuatan buruk tidak mengenal besar dan kecil.
Semua akan mendapat balasan dari Allah.
Keenam, perintah untuk mendirikan shalat, menyuruh manusia
untuk berbuat baik, mencegah berbuat mungkar. Sebuah peradaban terbangun karena
turutnya banyak pihak untuk saling bantu membantu.
Karena suatu peradaban, termasuk bangsa akan rusak dan
hancur bukan karena banyak orang yang bertabiat buruk, tapi karena
ketidakpedulian orang-orang baik. Pesan ini saat kontekstual dengan kondisi
yang sedang terjadi di tanah air kita.
Ketujuh, bersabar terhadap segala sesuatu yang menimpa hidup
kita. Kenyataan yang menghamipiri hidup kita, tidak selamanya sesuai dengan
harapan.
Maka dari itu bersabarlah. Jangan pernah berputus asa.
Untuk urusan dunia, selalu masih ada hari esok untuk mengusahakannya.
Kedelapan, jangan memalingkan muka atau bersikap sombong.
Berjalan di muka Bumi dengan sikap angkuh, sombong dan membangga-banggakan
diri.
Lukman memberikan nasihat kepada anak-anaknya untuk
bersikap rendah hati, tidak meremehkan orang lain.
Kesembilan,
sederhanakan dalam berjalan, lunakkan suara saat berbicara. Ini soal adab atau
perilaku sehari-hari. Berjalannya dengan cara berjalan yang wajar.
Saat berbicara pun sesuaikan dengan situasi dan
kondisinya. Jangan kelewat keras yang akhirnya bisa dipersepsikan bahwa kita
sedang marah.
Dari sosok Lukman, kita semakin sadar bahwa hanya pada
orangtua yang saleh saja, akan lahir anak-anak yang saleh pula. Sembilan
nasihat Lukman di atas semoga bisa menjadi cermin bagi kita sebagai orangtua
maupun anak-anak kita.
0 Response to "9 Nasihat Lukman Kepada Anak-Anaknya"
Posting Komentar