Mengulik Kisah Mistis Tanah Jawa, di Kafe Tritisan
Diskusi Buku Kisah Tanah Jawa di Kafe Tritisan |
EDENTS PUBLIKA,, Nongkrong di kafe
memang menjadi tren anak muda. Selain bisa 'nyicipi' aneka hidangan, pengunjung
lebih memilihnya karena nikmat untuk ‘ngobral-ngobrol’. Ditambah, -biasanya-
desain interior kafe dibuat bagus sedemikian rupa, sehingga cocok jadi
background selfie-wefie.
Kafe
menjadi tempat yang sangat cocok untuk memperbincangkan buku. Di Kendal
misalnya, komunitas Mbuku, Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan media Horizone.id
baru-baru ini, mengajak pengunjung cafe Tritisan Coffe & Tea (TCT) Weleri,
memperbincangkan buku “Kisah Tanah Jawa” terbitan GagasMedia.
Sebagaimana
dikatakan Joe Farqi, pemantik, bahwa buku ini ditulis menggunakan metode mistis
retrokognism. Metode dimana penulis bisa terhubung dengan masa lalu melalui
kekuatan supranatural atau indra keenam. Buku ini menjelaskan peristiwa astral (tak
kasat mata) tapi dengan cara ilmiah.
Menariknya
buku ini mengulas aktivitas masyarakat Jawa pada era kolonial Belanda (tahun
1800-an), yang pada saat itu sangat populer tradisi klenik, serta penggunaan
ilmu hitam. Seperti, penggunaan tumbal nyawa untuk mempercepat pekerjaan atau
memperkuat bangunan. Misal pembangunan Stasiun Tugu Jogja, Jembatan Kereta Api
Sungai Serayu dan lainnya.
Pembangunan
kala itu menebangi pohon, membelah bukit, menguruk sungai dan sebagainya. Itu artinya,
manusia telah mengganggu habitat makhluk-makhluk lain, termasuk makhluk astral.
Oleh
karenanya mereka marah dan berbalas mengusik manusia. Sehingga, terkadang mereka
meminta ‘sarat-sarat’ tertentu sebagai jalan damai, misal dengan tumbal satu
set pemain kesenian gamelan dan sebagainya. Jasa ‘dukun kampung’ dibutuhkan
sebagai penengah kedua belah pihak.
Selain
tumbal pembangunan, buku tersebut juga bercerita soal penglaris, pesugihan dan pelet,
tradisi ‘hitam’ untuk cepat kaya yang kala itu disenangi oleh masyarakat Jawa.
Menurut
@kisahtanahjawa (tim KTJ), populernya tradisi hitam tersebut berakar dari persoalan
kemiskinan yang didera masyarakat Jawa akibat penjajahan. Hal itu diurai pada
bagian ‘Kedatangan Imperialisme’. Selain kemiskinan, diceritakan pula bahwa
akibat dari penjajahan, masyarakat Jawa kehilangan ilmu-ilmu hikmah para
leluhur Jawa. Itu karena masyarakat Jawa dikenalkan opium (narkotika), serta
dicurinya arsip-arsip penting. Seperti hilangnya hampir 7000 buku/kitab di
Kraton Jogja, yang kemudian sebagian kecilnya diterbitkan dalam buku “The
History of Java”.
[*]
Rifqi
Khoirulanam | Pegiat Komunitas Mbuku
0 Response to "Mengulik Kisah Mistis Tanah Jawa, di Kafe Tritisan"
Posting Komentar